Laman

20 April 2015

Perintis Perjoangan Nasionalisme Asia-Afrika adalah Republik Proklamasi Kita

Suasana Konferensi Asia-Afrika tahun 1955
Foto: kaskus

“Seluruh dunia kini telah mengakui satu kekuatan nyata dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Untuk itu, setelah Perang Dunia ke-II, Nasionalisme Asia-Afrika menuntut adanya masyarakat-baru, lepas dari semua bentuk Kolonialisme dan Imperialisme Internasional.”

Nasionalisme Dalam Abad ke-20
Menarik sekali pidato yang disampaikan Presiden Soekarno dalam Majelis Umum PBB, dimana beliau menyampaikan peranan nasionalisme dalam abad ke-20, bahwa ahli filsafat termasyur Inggris, Betrand Russel telah ‘mewartakan’ sebuah aliran utama di dunia, selain Declaration of Independence dan Manifesto Komunis, ialah Nasionalisme Indonesia yang terkenal dengan julukan filsafat-nasional Pantja Sila.

Mengenai nasionalisme yang tersirat dalam Pantja Sila dan hubungannya dengan nasionalisme Asia-Afrika dalam abad ke-20, dalam pidatonya di depan sidang Majelis Umum PBB itu, Soekarno menjelaskan:

“Kemudian sebagai nomer kedua (dalam Pantja Sila) ialah Nasionalisme. Kekuatan yang membakar dari nasionalisme dan hasrat untuk merdeka membuat kita tetap hidup dan memberi kekuatan kepada kita selama kegelapan kolonialis yang lama dan selama berkobarnya perjoangan kemerdekaan. Dewasa ini, kekuatan yang membakar itu masih tetap menyala-nyala di dada kami dan tetap memberi kekuatan hidup kepada kami. Akan tetapi nasionalisme kami sekali-kali bukanlah chauvinisme. Kami sekali-kali tidak menganggap diri kami lebih unggul dari bangsa lain. Kami sama sekali tidak pula berusaha untuk memaksakan kehendak kami kepada bangsa-bangsa lainnya. Saya mengetahui benar-benar, bahwa istilah “nasionalisme” dicurigai dan bahkan tidak dipercayai di negara-negara Barat. Hal ini disebabkan, karena Barat telah memperkosa dan memutar-balikkan nasionalisme. Padahal nasionalisme yang sejati masih tetap berkobar-kobar di negara-negara Barat. Jika tidak demikian, maka Barat tidak akan menantang dengan senjata chauvinisme Hitler yang agresif.

“Tidakkah nasionalisme ― sebutlah jika mau patriotisme ― mempertahankan kelangsungan hidup semua bangsa? Siapa yang berani menyangkal bangsa yang melahirkannya? Siapa yang berani berpaling dari bangsa yang membuatnya? Nasionalisme adalah sumber besar dari inspirasi agung dan kemerdekaan.

“Nasionalisme kami di Asia dan Afrika tidaklah sama dengan yang terdapat pada sistim negara-negara Barat. Di Barat, nasionalisme berkembang sebagai kekuatan yang agresif yang mencari ekspansi agresif keuntungan bagi ekonomi nasionalnya. Nasionalisme di Barat adalah kakek dari imperialisme, yang bapaknya adalah kapitalisme. Di Asia dan Afrika dan saya percaya juga di Amerika Latin, nasionalisme adalah gerakan pembebasan, suatu gerakan protes terhadap imperialisme dan suatu jawaban terhadap penindasan nasionalisme-chauvinis yang bersumber di Eropa.

“Nasionalisme Asia dan Afrika serta nasionalisme Amerika Latin, tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan isi sosialnya.” Demikianlah penjelasan Soekarno dalam sidang tersebut.

Nasionalisme Indonesia Bicara untuk Seluruh Dunia
Konferensi Asia-Afrika.
Foto: asiafinest.com
Lebih jauh Soekarno menerangkan tentang nasionalisme, bahwa di Indonesia, kita memandang isi sosial itu sebagai pendorong untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran. Bukankah tujuan ini baik dan dapat diterima oleh semua orang? Saya tidak berbicara hanya untuk saudara-saudara saya di Asia-Afrika serta Amerika. Saya berbicara untuk seluruh dunia. Masyarakat adil dan makmur, dapat merupakan cita-cita dan tujuan semua orang.

Demikian penegasan Soekarno tentang nasionalisme Indonesia yang sosialistis dan universil itu, juga merupakan cita-cita dan tujuan semua manusia sedunia. Nasionalisme Indonesia berbicara untuk seluruh umat sedunia. Dus nasionalisme Indonesia adalah universil, dus adalah luas sekali artinya.

Nasionalisme Indonesia, Berpolitik Bebas dan Aktif
Foto bersama dengan pemimpin-pemimpin dunia Asia-Afrika.
Foto: aaf55.org
Pantja Sila bukan saja merupakan filsafat-nasional yang penting bagi gerakan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika, melainkan telah bergema di forum Majelis Umum PBB. Berdasar Pantja Sila juga, maka politik bebas dan aktif Republik Indonesia terkenal tegas, tidak memihak, bahkan aktif berusaha mengatasi ketegangan-ketegangan dunia, menerima bantuan Amerika maupun Rusia, ataupun dari Inggris, dan kawan-kawan bangsa Asia-Afrika, seperti Kongo, dengan tegas memihak kepada nasionalisme yang tengah menyala, serta tegas melenyapkan imperialisme dan kolonialisme di muka bumi bagian manapun juga. Indonesia mengakui Pem. Gizenga di Kongo, karena konsekwen anti imperialisme. Jadi nasionalisme Indonesia menurut Pantja Sila adalah tegas: anti imperialisme dan anti kolonialisme.

Inilah nasionalisme Indonesia jang berbeda dengan corak nasionalisme bangsa-bangsa Asia-Afrika lainnya.

Sumber: Majalah "Sketsmasa" (Adil Makmur Lewat Manipol/Usdek), No. 13. Th. IV. 1961.

1 komentar:

  1. Sipakah ketua yayasan asia africa foundation sekarang ada yg tau

    BalasHapus