Laman

09 Maret 2014

Wage Rudolf Soepratman


W.R. Supratman dan lyric lagu Indonesia Raya
Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober 1928 pada saat Kongres Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni.

Lagu kebangsaan ini dimainkan pada upacara bendera. Bersamaan dengan dinyanyikan lagu, bendera Merah Putih dinaikkan dengan khidmat dan gerakan yang diatur sedemikian supaya bendera mencapai puncak tiang bendera ketika lagu berakhir. Upacara bendera utamanya diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, dan dipimpin oleh Presiden Indonesia.

Menurut sejarahnya, lagu ini diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman yang saat itu berusia 25 tahun dan dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta, lalu disebarluaskan oleh koran Sin Po pada bulan November 1928.

Ketika mempublikasikannya, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Untuk teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan untuk pertama kali oleh suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.

Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Akibatnya, Wage Rudolf Soepratman selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda.

Pada awal Agustus 1938, ia ditangkap dan di penjarakan di Kalisosok-Surabaya oleh pihak Belanda ketika menyiarkan lagu "Matahari Terbit" bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. Lagu tersebut sekaligus lagu ciptaannya yang terakhir. Sebab tidak lama kemudian pada tanggal 17 Agustus 1938 ia meninggal dalam keadaan sakit.

Riwayat Wage Rudolf Soepratman
W.R. Supratman
(9 Maret 1903 - 17 Agustus 1938)
Wage Rudolf Supratman atau disingkat W.R. Supratman dilahirkan pada hari Senin Wage tanggal 9 Maret 1903, di Desa Somongari Purworejo Jawa Tengah.

Ayahnya bernama Senen, adalah tentara KNIL dengan pangkat sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, salah satunya bernama Roekijem, yang pada tahun 1914 mengajaknya untuk tinggal di Makassar bersama suaminya, Willem van Eldik.

Oleh kakaknya ia dimasukkan ke sekolah Belanda dengan memberinya nama Rudolf. Hal ini dilakukan agar ia mempunyai hak yang sama dengan peranakan Belanda lainnya dalam mengenyam pendidikan waktu itu. Belakangan ia diketahui bukan keturunan Eropa, dan akhirnya ia dikeluarkan oleh pihak sekolah. Tak lama kemudian ia melanjutkan studinya di Sekolah Melayu.

Tamat dari sekolah Melayu pada tahun 1917, ia melanjutkan kursus bahasa Belanda dan tamat pada tahun 1919. Setelah itu ia melanjutkan ke Normaalschool di sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, ia dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Sejak Juli 1933, ia mulai merasa sakit-sakitan. Dan pada November 1933, ia mengundurkan diri sebagai wartawan Sin Po dan menetap di Cimahi. Setelah sembuh dari sakitnya, ia pindah ke Surabaya. Di kota inilah, tepat pada tanggal 17 Agustus 1938, ia meninggal pukul 01.00 WIB dan dimakamkam di Kenjeran, Surabaya. Pada tanggal 13 Maret 1956, tulangnya dipindahkan di pemakaman Tambak Segaran Wetan, Surabaya.

W.R. Soepratman ditetapkan sebagai pahlawan nasional berkat jasanya menciptakan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Selain itu, ia juga dipatungkan sedang menggesek biola di TMP Khusus Rangkah, Jalan Kenjeran Surabaya.

Lyric Indonesia Raya




*Dari berbagai sumber.

2 komentar: